Bentara Budaya Bali pada hari Jumat, tanggal 5 Agusutus 2011 membuka Pameran Tunggal Seni Grafis yang bertajuk Rimba Senjakala. Pameran ini merupakan sebuah bentuk representasi karya Winarso Taufik sebagai Peraih Penghargaan Pertama dalam Trienal Seni Grafis Indonesia III yang diselenggarakan oleh Bentara Budaya. Pada Trienal 2009 tersebut, Winarso menghadirkan karya-karya seni yang segar dan sanggup menarik perhatian para Dewan Juri, yakni diwujudkan di dalam benda dwimatra pajang serta lembaran-lembaran kertas yang dikumpulkan menjadi buku.
Taufik menampilkan hasil pekerjaan cetakan dengan memadukan tiga teknik grafis sekaligus yakni : etsa, aquatint, dan drypoint. Ia juga menampilkan sejumlah induk cetakan plat aluminiumnya, menunjukkan asal gagasan tematisnya. Dikuratori oleh Hendro Wiyanto, pameran kali ini menampilkan 22 karya cukil kayu yang menjadi garapan terbaik Winarso Taufik.
Hendro Wiyanto mengemukakan, ‘Rimba Senjakala’ tentunya adalah metafora yang subtil, digunakan oleh Taufik untuk melukiskan simbolisme alam, kebinatangan, dan matinya kemanusiaan kita di era pasca-metafisika ini. Melalui metafora itu pula, Taufik mengangankan ‘perjumpaan sunyi’ kembali antara manusia dan alam. Yakni perjumpaan sublim yang tak sekadar memandang alam sebagai objek, tetapi juga sebagai makhluk ciptaan seperti sering tergambar dalam mitos.
Seniman kelahiran Kebumen, 7 November 1977 ini merupakan pria yang telah menempa pendidikan seni rupa di Sanggar Olah Seni Bandung dan Jurusan Seni Grafis ISI Yogyakarta. Winarso Taufik juga telah turut serta dalam berbagai pameran seni rupa di berbagai kota di Nusantara.
Pameran ini secara resmi dibuka oleh Dr. Jean Couteau, seorang budayawan yang juga kritikus seni rupa, ditandai dengan pembukaan pintu ruang pameran, didampingi oleh Koordinator Bentara Budaya Bali, Bapak Warih Wisatsana serta Seniman Winarso Taufik.
Pameran untuk umum: 6-14 Agustus 2011, pukul 10.00-18.00
