Rabu, 27 November 2013

APEC Voices of The Future 2013


APEC Voices of The Future 2013 adalah salah satu program berkala setiap tahunnya dan merupakan bagian dari KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2013, selain APEC CEO Summit 2013, APEC SMEE Summit 2013, dan lain-lain. Program ini mengagendakan pertemuan anak muda dari 21 negara anggota APEC.

Seluruh delegasi APEC Voices dapat menyampaikan dan membagikan pandangan, ide, visi, serta misi mereka mengenai kerja sama berbagai bidang antar dunia kepada para pemimpin negara anggota APEC, pimpinan Dewan Penasihat APEC, CEO, dan Pengusaha di dunia.

Acara Pembukaan APEC VOF 2013 diikuti sekitar 130 orang yang terpilih sebagai delegasi maupun pendidik dari masing-masing  negara anggota Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). Negara yang ikut berpartisipasi dalam APEC VOF 2013 kali ini adalah Indonesia, Australia, New Zealand, China, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Vietnam, Taiwan, Amerika, Peru, Kanada, Meksiko, Rusia, Singapura, Jepang, dan Korea.

Melalui forum ini, seluruh delegasi APEC Voices 2013 dapat menyampaikan dan membagikan pandangan, ide, visi, serta misi mereka mengenai kerja sama berbagai bidang antar dunia kepada para pemimpin negara anggota APEC, pimpinan ABAC, CEO, dan para pengusaha di dunia.

Tema APEC Voices of The Future 2013 adalah Menuju Ketahanan dan Pertumbuhan: Membentuk kembali Prioritas Ekonomi Global (Towards Resilience and Growth : Reshaping Priorities for Global Economy). Terdapat beberapa hal yang menjadi fokus utama perbincangan APEC Voices tahun ini adalah mengenai persamaan hak dan kualitas pendidikan di seluruh negara anggota APEC, konektivitas dan integrasi antar negara anggota APEC, penyediaan sarana dan prasarana serta infrastruktur pendukung ekonomi global, hingga ketahanan pangan dan energi, serta pembangunan yang berkelanjutan.

Pembukaan kegiatan ini dilanjutkan dengan sesi dialog menghadirkan pembicara mumpuni, di antaranya: Gatot Mudiantoro Suwondo (CEO PT. BNI (Persero) Tbk); Dr. Yan Yung Song (Chairman of XY-Group International, China); Anthony Nowell (Chairman of Valadenz Limited, New Zealand); dan Noel Gould (Co-Chair APEC Voices Leadership Council dan Chairman of VTM Foundation International, USA).

Deklarasi Pemuda APEC Voices of The Future 2013

Agenda utama dalam pertemuan pemuda APEC VOF 2013 ini adalah menyusun Deklarasi Pemuda yang akan diserahkan kepada kepala negara anggota APEC. Setelah sebelumnya kegiatan ini dilaksanakan di Peru (2008), Singapura (2009), Jepang (2010), Honolulu-Hawai (2011) dan Rusia (2012), kini penyusunan deklarasi ini mengambil tempat di Indonesia, tepatnya di Green School Bali, Desa Sibang Kaja.

Green School Bali merupakan sekolah unik yang digagas oleh John Hardy pada tahun 2008 silam dengan dua kurikulum ternamanya: Green Studies dan Creative Art. Dalam proses pengajarannya, mereka memiliki dua kontribusi penting: kesadaran akan lingkungan global serta perspektif khususnya mengenai isu-isu sosial dan budaya. 

Menariknya, tata ruang arsitektur Green School Bali ini terdiri dari bambu, alang-alang, rumput gajah, dan tanah liat. Semua bahan-bahan konstruksinya dari alam dan ramah lingkungan, serta suasana di Green School Bali juga sangat nyaman, sejuk, dan menenangkan.

Untuk mencapai Green School Bali, para delegasi APEC VOF 2013 harus berjalan sekitar 1.5 km dan menyebrangi Sungai Ayung dengan melewati jembatan bambu yang kokoh nan indah. Para delegasi sangat riang dan bersemangat untuk mengikuti kegiatan dengan metode open space selama penyusunan deklarasi yang difasilitatori oleh Victor Chandrawira dan tim.

Draf deklarasi pemuda APEC VOF 2013 yang terdiri dari 3 poin penting dalam 1 halaman tersebut dikukuhkan pada (4/10) dan akan diserahkan kepada Presiden RI, Bapak Susilo Bambang  Yudhoyono pada pembukaan APEC CEO Summit 2013 (6/10) di Bali International Convention Centre, Nusa Dua.

Bertemu Entrepreneur, Global CEO, Menteri, dan Presiden

Selain mengikuti kegiatan pertemuan pemuda pada APEC Voices of The Future 2013, delegasi muda APEC juga berkesempatan hadir dalam APEC SMEE Summit 2013 di Ayana Resort Jimbaran. APEC SMEE Summit merupakan forum para pengusaha Usaha Mikro Kecil Menengah Masyarakat se-Asia Pasifik yang memperbincangkan berbagi macam  potensi, tantangan, peluang, dan solusi UMKM serta Koperasi untuk menghadapi ekonomi global mendatang.

APEC SMEE Summit 2013 dibuka oleh Menteri Koperasi dan UKM Indonesia Syarief Hasan pada (5/10). Turut memberikan sambutan adalah APEC SMEE Summit 2013 Committee Chair & Vice Chair, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang UKM dan Koperasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Erwin Aksa, dan Chairman of McKinsey & Company Indonesia Raoul Oberman.

Selain itu, beberapa pembicara yang turut memberikan pandangannya dalam APEC SMEE Summit 2013 adalah Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Gatot Suwondo, Presiden Direktur Ciputra Surya Harun Hajadi, CEO Saratoga Capital Sandiaga Uno, Managing Director Endeavor Sati Rasuanto, Ketua HIPMI Raja Sapta Oktohari, serta CEO Tinker Game, Muhammad Ajie Santika, dan lain-lain.

Sebelum mengikuti pembukaan APEC CEO Summit 2013, para delegasi APEC VOF 2013 berkesempatan mengikuti dialog bersama Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan. Para delegasi APEC Voices of The Future 2013 sangat beruntung dapat turut hadir, berkontribusi dalam gagasan, dan memberikan saran atau rekomendasi kepada para stake holder penyelenggara pemerintahan.

Salah satu agenda penting lainnya dalam kegiatan ini adalah penyerahan Deklarasi Pemuda APEC VOF 2013 kepada Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dan foto bersama yang diikuti oleh 21 pemuda perwakilan negara anggota APEC, diantaranya: Vanesa Martida (Indonesia), Gilang Wahyu Prawirasani (Indonesia), Katyana Azlia Wardhana (Indonesia), Izak Conrad Rosenfeld (Australia), Muh. Khairul Azmi (Brunei Darussalam), Sumire Kawano (Jepang), Eun Hur (Korea), Wu Phang Jim (Malaysia), Carlos de la Parra (Mexico), Hana Puti Rose Maihi (New Zealand), Lorena Gammara (Peru), Mark Benjamin (Filipina), Nikita Tyzhnenko (Rusia), Sindhu Achudan (Singapura), Sarah Kerrigan (USA), dan lainnya.

Selain itu, para delegasi APEC VOF 2013 juga dapat mengikuti diskusi panel pada APEC CEO Summit 2013. Para pembicara dalam APEC CEO Summit, terdiri dari kepala negara dan kepala pemerintahan, serta tokoh dan pimpinan perusahaan terkemuka, antara lain Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, Perdana Menteri Australia Tony Abbott , Presiden Rusia  Vladimir Putin , Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri Jepang Shinzō Abe, Presiden Korea Selatan  Park Geun-Hye, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, Presiden Meksiko  Enrique Peña Nieto, Perdana Menteri Selandia Baru John Key, Presiden Peru Ollanta Humala,  Presien Filipina Benigno Aquino III,  Presiden Chile Sebastián Piñera, Perdana Menteri Singapura  Lee Hsien Loong.

Pada salah satu sesi diskusi, Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye menyatakan bahwa inovasi merupakan hal yang paling penting dalam memajukan ekonomi. “Inovasi yang lambat mengantarkan ekonomi dunia krisis; karena itu sangat penting untuk mengembangkan inovasi dan ekonomi kreatif oleh manusia. Teknologi dan industri baru menjadi inti dari ekonomi kreatif. Persyaratan yang terpenting adalah pendidikan. Kunci lainnya adalah teknologi, finansial dan sumber daya manusia, “ ujar Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye.

Sedangkan pembicara dari kalangan bisnis dan akademisi terkemuka antara lain Cher Wang Chairperson of HTC Corporation and VIA Technologies, Inc, Dennis Nally Chairman of PricewaterhouseCoopers International Ltd,  Desi Anwar Senior Anchor, TV Journalist and Producer, Writer, Photographer, Media & Communications Specialist,  Diane Brady Senior Editor of Bloomberg Businessweek, Ellana Lee Vice President and Managing Editor for CNN International Asia Pacific, Eric Rudder Executive Vice President for Advanced Strategy and Research of Microsoft, Frank Appel Chairman of the Board of Management and CEO Deutsche Post DHL.

Disela-sela makan siang, Handry Satriago, CEO General Electric (GE) Indonesia hadir untuk membagikan pengalaman dan pemikirannya dengan delegasi APEC VOF 2013. General Electric (GE) adalah perusahaan raksasa teknologi dan energi kelas dunia, didirikan Thomas Alva Edison di Amerika 130 tahun lalu. Perusahaan ini hadir di Indonesia sejak 70 tahun yang lalu dan kini hadir di 100 lebih negara. Kehadiran Handry Satriago dengan segala pemikiran cemerlang dan kerendahan hatinya, menginsiprasi para delegasi APEC VOF 2013 kala itu.

Ubud hingga Kamasan: Bertemu Para Maestro Bali

Tidak hanya semata menghadiri pertemuan-pertemuan terkait kerja sama ekonomi dan bidang-bidang penting lainnya, delegasi APEC VOF 2013 juga berkesempatan mengikuti wisata kultural Bali, dimana delegasi berkunjung ke Desa Kamasan, Klungkung untuk belajar melukis Wayang Kamasan.

“Wayang Kamasan merupakan salah satu karya seni klasik yang sudah ada pada awal abad ke-17. Lukisan ini merupakan salah satu warisan budaya luhur yang tidak dapat terpisahkan dari nilai-nilai keagamaan dan ritual di Bali,”  ujar Mangku Kondra, salah satu Maestro Pelukis Wayang Seni Kamasan, Bali.

Mangku Kondra menambahkan, ”Corak lukisan Wayang Kamasan Bali sangat mudah dikenali. Warna dasarnya cokelat muda yang berasal dari batu ‘pere’ yang dicelup dalam air. Batu ini sangat jarang ditemukan. Saat ini, hanya bisa di dapatkan di Pulau Serangan.”

“Saat ini, para pelukis Wayang Kamasan Bali tidak hanya menggunkan warna-warna alam untuk mewarnai lukisan. Seiring berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan,  para pelukis juga menggunakan tinta lukis modern untuk mendapatkan torehan hitam. Sedangkan warna-warna lain, pelukis menggunakan cat air agar lukisan lebih semarak,” ujar Gede Wedhasmara, salah satu seniman lukis Wayang Kamasan Bali.

“Terdapat berbagai macam aspek yang berkaitan dengan lukisan Wayang Kamasan Bali, diantaranya adalah aspek filosofi, spiritual, teknis, ekonomi, sosial dan budaya. Diantara berbagai aspek tersebut, aspek spiritual-kultural merupakan aspek yang menonjol pada lukisan wayang Kamasan,”  tambahnya.

Usai berkunjung ke Desa Kamasan dan melaksanakan kegiatan simulasi bisnis di sana, delegasi APEC VOF 2013 melanjutkan perjalanan ke Gedung Kertha Gosa, Klungkung untuk menyantap makan siang di sana. Seni lukis Wayang Kamasan ini dapat dilihat keberadaannya di Gedung Kertha Gosa yang telah dibangun sejak zaman kerajaan Klungkung. Lukisan-lukisan tersebut bercerita tentang perjalanan Bhima ke Swarga Loka, Diah Tantri, Sang Garuda mencari Amerta dan Palelindon.

Tidak berhenti sampai di Klungkung, delegasi APEC VOF 2013 melanjutkan perjalanan ke Desa Ubud, Gianyar. Para delegasi APEC VOF 2013 berhenti tepat di depan Puri Ubud, Gianyar dan berkeliling pasar tradisional Ubud untuk mencari oleh-oleh.

Setelah berkeliling menelusuri suasana keindahan dan kesejukan di Ubud, para delegasi APEC VOF 2013 pergi ke Museum Rennasaince  Antonio Blanco untuk berkeliling melihat lukisan Maestro  tersebut dan makan malam.

Nasi Bebek dan Tarian Kecak

Delegasi Indonesia yang telah tiba terlebih dahulu di Nusa Dua, Bali tanggal (1/10) berkesempatan mengunjungi Sanggar Paripurna di Desa Bona, Gianyar, tempat para Maestro tari kecak tinggal dan berkesenian. Selain berkunjung, delegasi Indonesia juga berlatih Tarian Kecak Bona untuk ditampilkan pada Cultural Night APEC VOF 2013 pada tanggal (7/10).

Pada Tarian Kecak nanti, delegasi Indonesia akan membawakan Sendratari Ramayana. Sebagai Rama ialah Bahar Sangkur Gusasih, Sita adalah Maria Rahajeng, Rahwana adalah Muhammad Rizki, dan Hanoman adalah Mazmur Asido.

Sepulang dari latihan kecak di Desa Bona, Gianyar, para delegasi Indonesia berkesempatan pergi ke Bebek Bengil Nusa Dua dan mencicipi kuliner Nasi Bebek yang terkenal di Bali.
DOKUMENTASI FOTO

Para perwakilan delegasi APEC VOF 2013 berfoto bersama Presiden RI,
Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono usai penyerahan Deklarasi Pemuda APEC VOF 2013

Delegasi Indonesia pada APEC VOF 2013 berkumpul di Ayana Resort Jimbaran
Perwakilan Delegasi APEC VOF 2013 menghadiri APEC SMEE Summit 2013

Delegasi APEC VOF 2013 menghadiri APEC CEO Summit 2013 yang dibuka secara resmi oleh Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono

Beberapa Delegasi APEC VOF 2013 saat pertemuan dengan ABAC members atau Organisasi Dewan Penasihat Bisnis APEC pada ABAC Meeting 2013

Foto Bersama CEO KOMPAS Gramedia pada APEC CEO Summit 2013 di BICC Nusa Dua, Bali

Wisata Kultural dan Makan Siang di Puri Kerthagosa, Klungkung.
Wisata Edukasi : Belajar melukis Wayang Kamasan, Klungkung dan Simulasi Bisnis oleh Bank BNI


Dialog bersama Menteri Perdagangan RI, Gita Wirjawan serangkaian kegiatan APEC VOF 2013

Foto bersama Menteri Perdagangan RI, Gita Wirjawan serangkaian kegiatan APEC VOF 2013

Latihan Tari Kecak di Sanggar Paripurna Desa Bona, Gianyar, Bali.

Persembahan Tari Kecak oleh Delegasi Indonesia pada Cultural Night, Malam Penutupan APEC VOF 2013 di Museum Pasifika, Nusa Dua

Penyerahan Sertifikat kepada Peserta oleh Head APEC VOF Council, Mr. James Soh


Sabtu, 22 September 2012

What so exciting about Birdwatching?


Collared Kingfisher . Courtesy: flickrhivemind.net
Pengamatan burung merupakan salah satu kegiatan yang dapat mendekatkan manusia mengenal lingkungan sekitarnya. Mengapa hal ini sangat penting? Apakah konservasi burung berpengaruh pada kehidupan dunia dalam skala yang luas?

Bird and Ecology
Burung merupakan salah satu indikator biologi, bahwa di suatu tempat masih ada kehidupan. Memahami konservasi burung, berarti memahami ekologi. Burung-burung merupakan satuan yang terintegrasi dengan ekosistem dan memiliki peran yang sangat penting, termasuk di dalamnya sebagai kontrol terhadap insekta dan hewan pengerat, penyebar luas biji pohon (secara alamiah membantu konservasi hutan), dan sebagai salah satu bagian dari rantai makanan (menyediakan makanan bagi predator burung).  Just imagine when there’s no bird. How the plants will life? (Banyak pohon dan tumbuhan memerlukan peran burung untuk berkembang biak).
Konservasi burung juga dapat menyoroti keragaman habitat yang berbeda. Setiap burung tidak dapat hidup di habitat yang sama. Mereka memiliki kebutuhan dan persyaratan sendiri terkait adaptasinya dengan suatu lingkungan. Mengenal dan memahami ini, membuat kita lebih menghargai dan menghormati masyarakat dengan kultur budaya yang berbeda dari macam belahan dunia.
Dengan mempelajari dan memahami konservasi burung, kita akan mengerti hubungan di antara mahkluk hidup di bumi ini, dan memahami bagaimana hubungan itu dapat mempengaruhi kehidupan manusia secara tidak langsung.

Birdwatching
Birdwatching atau pengamatan burung merupakan suatu langkah upaya untuk memberikan edukasi kepada generasi muda dan masyarakat akan pentingnya menjaga eksistensi burung dalam suatu lingkungan. 
Collared Kingfisher flying. Courtesy: digdeep1962.blogspot.com
Birdwatching Race
Birdwatching Race merupakan suatu perlombaan pengamatan burung yang di dalamnya terangkum kegiatan edukasi, kompetisi, dan upaya penyadaran lingkungan untuk konservasi.  Melalui kegiatan ini, setidaknya peserta dapat mendapatkan pengalaman seminar dan tanya jawab tentang keanekaragaman burung, konservasi burung, dapat mengenali sebanyak mungkin jenis-jenis burung dan suara kicauan burung-burung yang ditemukan di suatu tempat, serta menguji pengetahuannya mengenai jenis-jenis burung, suara burung, fungsi burung berikut konservasi burung yang terdapat di suatu lokasi tertentu.

Lebih jauh, kita dapat mengidentifikasi jumlah dan jenis burung yang ada di suatu tempat tersebut. Melalui data-data tersebut, dapat diteliti lebih jauh lagi mengenai tumbuhan atau pohon apa saja yang hidup di sana (dapat dilihat dari fungsi paruh burung tersebut; apakah pemakan biji-bijian, dll.), dan dapat mengetahui organisme lain yang ada di sana (secara tidak langsung mengetahui biodiversitas lingkungan tersebut), karena burung memiliki peran sebagai salah satu bagian dari rantai makanan.

Bayangkan jika terdapat bagian yang hilang dalam suatu rantai makanan. Apa yang akan terjadi dalam suatu ekosistem tersebut? Tentunya insekta atau hewan pengerat tak terkendali (sebagai konsumen I; burung konsumen II) secara vertikal ke bawah pada bagan piramida rantai makanan dan kepunahan konsumen atas atau predator burung; karena kurang tersedinya sumber makanan, (secara vertikal ke atas pada bagan piramida rantai makanan). 

Hal tersebut mungkin menjadi salah satu jawaban dari pertanyaan, “Mengapa terdapat banyak hama yang  tak terkendali ada pada suatu lingkungan persawahan yang menyebabkan petani gagal panen?” Jawabannya mungkin saja karena populasi burung sebagai konsumen II dalam rantai makanan (kata lain:  sebagai predator hewan pengerat) telah terancam eksistensinya atau punah. Menarik pula bila ditilik dari segi budaya, terkait adat masyarakat Hindu di Bali, terdapat upacara mengusir Jro Ketut atau tikus. Bukan masalah, apakah permasalahan tersebut di selesaikan secara pendekatan ilmiah maupun kultural. Yang paling penting, solusi tersebut dapat menyelesaikan masalah dengan baik.

Hal lain yang perlu diperhatikan tentang lingkungan sekitar ialah adanya pencemaran; baik pencemaran udara maupun air, destruksi habitat, efek pestisida, undang-undang mengenai perburuan burung, dan populasi dari predator. Sebagai contoh: Jika terjadi pencemaran air pada suatu sungai atau sumber air lainnya, maka burung yang meminum air tersebut, secara langsung akan mati keracunan.

So, what are you waiting for? Let’s preserve our nature, save the birds!

Please be free to join BBR Udayana 2012 (Bali Birdwatching Race Udayana 2012 in Taman Nasional Bali Barat)!
Sumber:
Sudaryanto, dkk. 2008. Birdwatching Race di Tahura Ngurah Rai Bali sebagai Sarana Pendidikan Lingkungan untuk Pelajar dan Mahasiswa. Bukit Jimbaran: FMIPA Unud.
http://birding.about.com/od/birdconservation/a/importconserve.htm

Sabtu, 14 Juli 2012

THE 2012 ASIAN ENGLISH OLYMPICS



On February, 13th 2011, Aditya, Jessica and I went to Jakarta for join the Short Movie Making Competition in the 2012 Asian English Olympics held by BINUS University. There are many people from all over Asia, such as Malaysia, Philippine, Singapore, and Indonesia, who joining this competition. There are many kinds of competitions held there, such as story telling, debate, speech, scrabble, news casting, and short movie making. The first day of competition, we got a coaching clinic by Christian Razukas. It about tips and trick  or do and don’ts in making a short story movie. He also told us about his experience watching many movies from all over the word, and became the judges in international film festivals.
Our Prepared Movie                                                                                             
The theme of movie is “A Living Hero”. The movie must be in English and English subtitled. The genre is non-animation. Our short story movie is “Everybody Can Be”
The Presentation Round
The presentation round held in February 16th 2012. In this round, the judges watched the movie first. After that, we gave a 5 minute presentation about the inspiration, idea, the background of the movie, uniqueness of the movie, or any other things related to the movie. The presentation must be in English. After the presentation, the judges gave some inputs and suggestion about the movie.
The On the spot video
Each team made a maximum 3 minutes video during our first 3 days in the competition. The movie can be in form documentary, commercial or any other type of video. Then the judges will select top 5 videos that will be presented in the final day, and voting will be conducted. The video with the most votes will be awarded the most favorite video. Our on the spot video is “Focus Please” selected as the 5 on the spot video. Unfortunately, our video just became the first runner up favorite video.
You can also watch our on the spot video by follow this link: http://www.youtube.com/watch?v=KKpLbmC_A3I

THE JUDGES
Lulu Ratna
Lulu Ratna Co-founded of Konfiden Foundation. Invited as the jury member in Amnesty International-DOEN Award in Rotterdam International Film Festival 2005, International Competition in Tampere Film Festival 2007 and Youth New Wave International Film Festival Sri Lanka 2008. Received grants from Asian Cultural Council in New York, USA 2003-2004 and Visiting Fellow at School of Art Canberra, The Australian National University 2005.

Ekky Imanjaya
Ekky is an Indonesian film critic/ journalist. He is co-founder and editor of www.rumahfilm.org, a popular Indonesian online film journal. He graduated from a Masters Program for Film Studies at the Universiteit van Amsterdam. He wrote some books, including A to Z about Indonesian Films. He directed some short documentaries; one of his documentaries, MACET, won the best Documentary Award in Bangkok, Thailand.  

Christian Razukas
Christian Razukas is a former film programmer of the Hawaii International Film Festival and worked on eleven film festivals. He worked as a film and video archivist in San Francisco. Razukas works as a film and video archivist in San Francisco. Razukas works as a roving correspondent for Cinepod and has been quoted or reference in Filmmaker Magazine, The Philippine Star, the Philippine Inquirer, the Honolulu Weekly, Variety and The Hollywood Reporter. Now, Razukas also works in the Jakarta Post.

Well, finally we got the Best Presentation Achievement of Short Movie Making Competition and our on the spot video selected as the 5 best on the spot video in the 2012 Asian English Olympics. Yay :)

Sabtu, 30 Juni 2012

Jalak Bali, Masih atau Punah?


Nusa Penida- Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) atau disebut juga Curik Bali merupakan satu-satunya satwa endemik Pulau Bali yang masih tersisa setelah Harimau Bali dinyatakan punah. Sejak tahun 1991, satwa ini masuk kategori “kritis” (Critically Endangered) dalam Redlist IUCN dan nyaris punah di habitat aslinya.
Yayasan Pecinta/Penyantun Taman Nasional bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan Biologi (HIMABIO) Universitas Udayana mengadakan sebuah penelitian monitoring populasi burung Jalak Bali di Nusa Penida (26/12) berlangsung hingga (28/12). 
“Kegiatan monitoring populasi burung Jalak Bali merupakan sebuah agenda enam bulan sekali yang penting dilaksanakan untuk mengetahui jumlah populasi burung jalak bali yang dilepas dari penangkaran FNPF di sekitar wilayah Nusa Penida,” ujar Drh. I. Gede Nyoman Bayu Wirayudha - CEO dari Friends of the National Park Foundation

 FNPF merupakan sebuah lembaga lokal nirlaba yang didirikan pada tahun 1997 di Nusa Penida oleh sekelompok orang Indonesia yang berprofesi sebagai dokter hewan. Lembaga nirlaba ini juga menjadikan 3 buah pulau di Nusa Penida (Penida, Ceningan, dan Lembongan) sebagai cagar alam untuk burung-burung yang terancam punah, khususnya burung Jalak Bali. 
 “Pada tahun 2006, FNPF telah melakukan pendidikan konservasi, kegiatan konservasi, dan pertemuan dengan para pemuka adat desa serta masyarakat pulau Nusa Penida serta mendapatkan kesepakatan dari 41 Desa di Nusa Penida mengenai peraturan desa adat ‘awig-awig’ tentang perlindungan burung langka yang wajib ditaati oleh seluruh penduduk desa, dimana burung bisa terbang bebas di alam liar di bawah perlindungan masyarakat. Hal ini mengacu pada perlindungan hukum untuk menyelamatkan satwa tersebut ditetapkan berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970,” ujar Drh. I Made Widana- Project Manager dari Friends of the National Park Foundation
 I Komang Andika Putra, Koordinator Mahasiswa untuk kegiatan monitoring populasi Jalak Bali mengatakan, “Kami melakukan monitoring selama 3 jam pada setiap pengamatan di 30 titik berbeda yang ada di Nusa Penida, setiap titik terdiri dari 1 tim, yang berisi 2-3 orang mahasiswa. Pengamatan dilakukan dengan melihat secara langsung menggunakan mata telanjang, ataupun mempergunakan bantuan alat binokuler.” 
 “Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pencatatan jumlah satwa yang dilihat, jam kedatangan, aktivitas satwa, arah kedatangan satwa, dan arah perginya satwa. Hal tersebut untuk menghindari pencatatan populasi satwa 2 kali, jika ternyata satwa yang sama dilihat pada titik yang berbeda. Selain itu, juga perlu diperhatikan apakah kaki burung tersebut menggunakan cincin atau tidak, karena itu menunjukkan indikator burung tersebut adalah burung yang dilepas oleh FNPF tahun 2010 lalu.“ tambahnya.
 “Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa dari 30 titik yang berbeda dapat dihitung burung Jalak Bali yang terlihat sebanyak 124 ekor, dimana jumlah ini telah meningkat dari tahun 2006 yang dilepaskan sebanyak 64 burung jalak bali, dan pada tahun 2010 terdata sebanyak 112 ekor,”  ujar Drh. I Made Widiana.
 “Kegiatan ini merupakan hal yang baik dan positif bagi kami untuk belajar biologi di lapangan. Dari kegiatan ini kami juga dapat mempelajari biologi secara lebih mendalam pada sub-ekologi, ornitologi, dan taksonomi. Saya sangat senang bisa ikut berperan dalam penelitian ini dan akan kembali lagi pada penelitian tahun depan,” ungkap I Gede Lanang M.S, Ketua HIMABIO Universitas Udayana.