Yayasan Pecinta/Penyantun Taman Nasional
bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan Biologi (HIMABIO) Universitas
Udayana mengadakan sebuah penelitian monitoring
populasi burung Jalak Bali di Nusa Penida (26/12) berlangsung hingga (28/12).
“Kegiatan monitoring
populasi burung Jalak Bali merupakan sebuah agenda enam bulan sekali yang
penting dilaksanakan untuk mengetahui jumlah populasi burung jalak bali yang
dilepas dari penangkaran FNPF di sekitar wilayah Nusa Penida,” ujar Drh. I. Gede Nyoman Bayu
Wirayudha - CEO dari Friends
of the National Park Foundation.
FNPF merupakan sebuah lembaga
lokal nirlaba yang didirikan pada tahun 1997 di Nusa Penida oleh sekelompok
orang Indonesia yang berprofesi sebagai dokter hewan. Lembaga nirlaba ini juga menjadikan
3 buah pulau di Nusa Penida (Penida, Ceningan, dan Lembongan) sebagai cagar
alam untuk burung-burung yang terancam punah, khususnya burung Jalak Bali.
“Pada tahun 2006, FNPF telah melakukan pendidikan
konservasi, kegiatan konservasi, dan pertemuan dengan para pemuka adat desa
serta masyarakat pulau Nusa Penida serta mendapatkan kesepakatan dari 41 Desa
di Nusa Penida mengenai peraturan desa adat ‘awig-awig’ tentang perlindungan burung langka yang wajib ditaati oleh
seluruh penduduk desa, dimana burung
bisa terbang bebas di alam liar di bawah perlindungan masyarakat. Hal
ini mengacu pada perlindungan hukum untuk menyelamatkan satwa tersebut
ditetapkan berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970,” ujar Drh. I Made Widana- Project Manager dari Friends of the National Park Foundation.
“Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah pencatatan jumlah satwa yang dilihat, jam kedatangan,
aktivitas satwa, arah kedatangan satwa, dan arah perginya satwa. Hal tersebut
untuk menghindari pencatatan populasi satwa 2 kali, jika ternyata satwa yang
sama dilihat pada titik yang berbeda. Selain itu, juga perlu diperhatikan
apakah kaki burung tersebut menggunakan cincin atau tidak, karena itu
menunjukkan indikator burung tersebut adalah burung yang dilepas oleh FNPF
tahun 2010 lalu.“ tambahnya.
“Penelitian ini menunjukkan
hasil bahwa dari 30 titik yang berbeda dapat dihitung burung Jalak Bali yang
terlihat sebanyak 124 ekor, dimana jumlah ini telah meningkat dari tahun 2006
yang dilepaskan sebanyak 64 burung jalak bali, dan pada tahun 2010 terdata
sebanyak 112 ekor,” ujar Drh. I Made
Widiana.
“Kegiatan ini merupakan hal
yang baik dan positif bagi kami untuk belajar biologi di lapangan. Dari
kegiatan ini kami juga dapat mempelajari biologi secara lebih mendalam pada
sub-ekologi, ornitologi, dan taksonomi. Saya sangat senang bisa ikut berperan
dalam penelitian ini dan akan kembali lagi pada penelitian tahun depan,” ungkap
I Gede Lanang M.S, Ketua HIMABIO Universitas Udayana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar